Gila, setelah sekian lama tidak ngetik unek-unek di domain kesayangan ini rasanya kangen banget. Enaknya nulis ngawur itu bikin pikiranku jadi lebih terarah dan setelah menumpahruahkan bisikan-bisikan kecil di kepala ini, yang isinya kadang nyeleneh rasanya puas banget!
Saya tidak akan minta maaf ke siapa-siapa karna jarang nulis disini, ya karna pembacanya juga sedikit 😀 , toh juga saya lebih sibuk kerja sana-sini dan mancing tentunya.
Di kesempatan kali ini saya mau menyinggung orang-orang yang overthinking, orang-orang yang masih terlalu mikirin orang lain, masih banding-bandingkan satu sama lain dan hal-hal tidak perlu lainnya, dijamin seru.
Kita mulai saja dari istilah overthinking yang asalnya dari gabungan dua kata dalam bahasa Inggris yaitu over dan thinking, sederhananya over itu berarti terlalu atau kelewatan dan thinking itu adalah fasilitas yang Tuhan berikan kepada tiap manusia yang berakal, yaitu berfikir, bahayanya berfikir ini harus sering-sering dilakukan, kalau tidak bisa tumpul. Silahkan baca ini https://www.inc.com/larry-kim/7-simple-daily-habits-to-sharpen-your-intelligence.html
Thinking atau mikir memang lah sering disalahaplikasikan, ada yang mikirnya aneh-aneh, ada yang mikirnya sedikit, ada yang mikirnya terlalu jauh (overthinking), ada juga kategori spesial yaitu yang tidak mikir sama sekali. Canda. Kita fokus ke overthinking saja, secara pribadi saya juga pernah atau setidaknya merasa overthinking yang berdampak stress yang tidak perlu dan tidak berfaedah, sampai pada sekarang ini saya bisa mengatur pikiran saya yang dampaknya juga sangat positif, tidur lebih nyenyak, lebih bahagia, dan lebih rileks saraf-saraf leher saya.
Dan menurut mydomaine.com secara alamiah overthinking itu begini:
So first, what exactly is overthinking?
“[It’s] the process of constantly analyzing and anguishing over one’s thoughts,” Huttman told MyDomaine. “It may include rumination, in which an individual is stuck mentally rehashing their past or present decisions and/or actions.”
Overthinking is very common and may be caused by self-doubt; self-esteem issues; concern about repeating past patterns in relation to prior bad experiences; traumatic experiences; or anxiety, according to Huttman. Overthinking makes it harder to enjoy life and can impact emotional regulation and sleep patterns, too.
src: https://www.inc.com/larry-kim/7-simple-daily-habits-to-sharpen-your-intelligence.html
Saya bantu artikan ya, singkatnya menurut informasi dari Dr. Jeffrey Huttman, overthinking adalah sebuah proses berfikir dalam hal menganalisa dan memikirkan pemikiran seorang lainnya, jadi ini sama seperti memikirkan pendapat orang lain terhadap kita.
Overthinking adalah hal umum dan mungkin saja disebabkan oleh keraguan terhadap diri sendiri, masalah harga diri, pengalaman buruk dimasa lalu, trauma, dan kecemasan. Menurut Dr. Jeffrey Huttman overthinking akan membuat seseorang sulit menikmati hidup dan memengaruhi emosi dan bahkan pola tidur.
Lucunya, orang-orang (termasuk saya dulu) yang overthink ini sering kali salah dengan hasil overthinkingnya, kalau udah gini rasanya pengen ketawa, tapi tidaklah enak ngetawain orang yang sedang salah (di depannya) atau ngetawain diri sendiri (waktu sendirian).
Overthinking itu bahaya atau tidak? Hell yes, bahaya. Menurut forbes.com di https://www.forbes.com/sites/amymorin/2016/02/12/6-ways-to-stop-overthinking-everything/?sh=3440fc16663c overthinking bisa berdampak pada kesehatan mental si pemikir. Kesehatan mental, cuy, yang terkenal sulit dan membutuhkan waktu lama untuk diobati.
Saya akan share tentang overthinking versi saya ketika dulu kala. Pertama-tama bagaimana saya tahu kalau saya sedang overthinking? Saya lebih banyak berfikir tentang pendapat orang lain ketimbang menanyakannya langsung, ya seperti yang Dr. Huttman bilang, overthinking itu sepaket dengan mikirin pikiran orang lain yang belum tentu selalu tentang kita atau sejalan dengan apa yang kita pikirkan. Saya juga merasa stress ketika berfikir, bahkan sedikit perkataan dari orang lain akan sangat berpengaruh pada saya saat itu dan saya juga sering kali berfikir secara repetitive atau mengulang-ulang apa yang sudah saya pikirkan, mengira-ngira hal-hal yang sungguh sangat tak perlu, hal ini juga menyadarkan saya kalau sebetulnya berfikir lebih melelahkan daripada kegiatan fisik. Saya juga sadar kalau komentar orang lain sangat berpengaruh, sampai saya berhati-hati sekali dengan postingan saya di sosial media, damn. Separah itu.
Overthinking saya juga disebabkan oleh masa lalu, akumulasi dari kejadian-kejadian penuh kejutan dan buruk yang membuat saya perlahan menjadi orang yang suka mengira-ngira, menebak-nebak, yang jadi bahaya adalah ketika tebakan dan kira-kira yang kita buat itu ternyata benar, hal ini terasa sangat seru dari yang saya sadari. “Oh ternyata benar saya selama ini tentang dia, ternyata dia suka menjelekkan saya di belakang” It felt so good!
Saya juga dulu termasuk seorang yang sering dibohongi atau korban dari informasi yang disembunyikan, saya yakin dari kalian pembaca yang merasa overthinking ini juga setidaknya pernah dibohongi atau jadi korban agen-agen rahasia. Hal ini membuat overthinking tidak sepenuhnya karna kesalahan kita sendiri, karna terkadang kita memang dipaksa mengira-ngira, atau tanpa sengaja memikirkan sesuatu habis-habisan. Sayangnya sesuatu yang kita pikirkan itu terkadang memang sebaiknya ditinggalkan begitu saja, atau bahkan dilupakan, karna tidak semua fakta dan informasi dapat kita terima, semua tergantung kesiapan kita.
Bagaimana saya mengatasi overthinking saat itu? Tentu saja saya belajar, belajar dan belajar, saya tidak membatasi apa pun yang membuat saya penasaran, beberapa buku dan informasi dari internet yang saya dapat benar-benar berguna dan membantu saya dalam hal berfikir. Secara praktik cara saya berhenti dari overthinking yang pertama adalah menjauhi lingkaran yang jadi penyebab saya memikirkan hal yang percuma, seriously, lingkaran perkumpulan itu sangat berpengaruh terhadap fikiran dan bahkan perilaku sesorang, “sooner or later you will blend in” setidaknya itu yang saya rasakan. Setelah saya menjadi tuan dari pikiran saya seperti sekarang ini, saya berani mendatangi lagi lingkaran pertemanan yang dulu menjadi salah satu faktor saya seorang yang overthinking, ternyata kuncinya ada di kata kerja “ignore”, and damn I’m so good at ignoring people that it turned me into someone who does not give a shit about many things or many people”.
Cobalah kendalikan rasa ingin tahumu, atau setidaknya alihkan pikiranmu ke hal-hal positif lainnya, memang butuh waktu untuk terbiasa tidak “kepo” dengan pikiran orang lain. Hal lain yang menyebabkan overthinking adalah membicarakan orang lain, bergosip memang seru, but it won’t take you anywhere, you’re stuck plotting someone’s life that might not even be true, it’s like humiliating yourself with your ability to think as a decent being.
Dan cara yang selanjutnya ada pada kalimat “leave them be” atau biarkan saja mereka, memang ada hal-hal yang tak dapat kita kendalikan dalam kehidupan yang indah ini, hal itu termasuk mengendalikan mulut orang lain. Fitnah, bohong, kecurangan sudah jadi bagian hidup orang-orang yang ingin memajukan dirinya, sikap dan respon kita yang menentang dan melawan memang mungkin akan dapat mengurangi semua itu, tapi percaya lah, kalau hal-hal negatif akan terus bergantian mendatangi kita, beberapa dari mereka terkadang bukan lah hal-hal yang layak mendapat perhatian kita. Terkadang membiarkan seseorang berbicara buruk sendiri tentang diri kita lebih baik daripada menanggapinya, menaggapinya sama saja dengan mengapresiasi apa yang dia lakukan, so try to ignore things in life! other things deserve your attention.
Bagus ya bang, sangat setuju